CATATAN SEJARAH KABUPATEN
Kabupaten Kepulauan Yapen adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Serui.
Kabupaten ini dulunya bernama Kabupaten Yapen Waropen, yang terbentuk berdasar UU nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonomi di Provinsi Irian Barat.
Dalam perkembangannya terdapat aspirasi masyarakat kabupaten Yapen Waropen yang menginginkan adanya perubahan nama dari Kabupaten tersebut menjadi Kabupaten kepulauan Yapen.
Para penggagas, pejuang dan pendiri Kabupaten Kepulauan Yapen Waropen dibawah tokoh-tokoh : Stefanus Rumbewas, Aleks Berotabui, David Woisiri, Achmad Jalali menggagas rapat raksasa sebagai hasil perjuangan di forum DPRDGR Propinsi Irian Barat atas resolusi 10 Februari 1967 yang ditandatangani oleh kurang lebih 55 orang perwakilan dari unsur sosial kemasyarakatan.
Buah dari perjuangan tersebut yaitu lahirnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Irian Barat tanggal 7 Februari 1969, yang kemudian diundangkan dalam Lembaran Daerah tanggal 6 Maret 1969 oleh Gubernur Frans Kaisiepo meresmikan KPS Yapen dan KPS Waropen menjadi Kabupaten Yapen Waropen terpisah dari Kabupaten Teluk Cenderawasih.
Kabupaten Kepulauan Yapen yang sebelumnya adalah Kabupaten Yapen Waropen dibentuk berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1969 ttg Pembentukan Provinsi Otonom dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.
Berdasarkan Undang-Undang No 12/1969 tersebut, maka penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah antara lain meliputi :
- Urusan Bimbingan dan Kesejahteraan Sosial,
- Urusan Pertanian,
- Urusan Kesehatan,
- Urusan Pendidikan dan Kebudayaan, serta
- Urusan Pekerjaan Umum.
Sering berjalannya waktu, pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2008, Nama Kabupaten Yapen Waropen diganti menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen, setelah terjadi pemekaran Kabupaten Yapen Waropen dan Kabupaten Waropen tahun 2003.
Perjalanan sejarah tahun lalu Pemerintah Daerah Kabupaten Yapen Waropen yang kemudian diubah namanya menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen, telah mengukir indah nama Para Tokoh Pejuang dan Pemimpin-Pemimpin Kabupaten ini di relung hati sanubari setiap rakyat Yapen Waropen.
Keinginan perubahan nama menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen dilatarbelakangi oleh telah dibentuknya Kabupaten Otonom Waropen sebagai pemekaran dari Kabupaten Yapen Waropen berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002, sehingga agar tidak terjadi duplikasi nama perlu ditinjau adanya perubahan nama Kabupaten Yapen Waropen menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen , selain itu secara geografis daerah ini merupakan wilayah gugusan pulau yang terdiri dari Miosnum, Miosindi, Yapen Kurudu-kaipuri, pulau-pulau Ambai.
Akhirnya berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2008, maka Kabupaten Yapen Waropen diubah namanya Kepulauan Yapen.
Tokoh-Tokoh Pahlawan
Rasa Nasional pro Indonesia merambat lewat berita dan pembaharuan-pembaharuan yang dirasakan, baik di bidang politik maupun sosisal ekonomi. Dan bagi daerah Yapen dan Waropen hal itu semakin kuat dan jelas oleh dengan hadirnya Dr. Sam Ratulangi sekeluarga di Serui; karena diasingkan oleh Pemerintah Belanda.
Kehadiran dan keberadaan Dr. Sam Ratulangi di Serui pada Tahun 1946 dapat menghadirkan rasa nasionalisme keindonesiaan yang kuat melalui Gerakan Merah Putih yang kemudian dapat digabungkan dengan julukan nama Irian (Ikut Republik Indonesia Anti Netherlands ciptaan Ir. Sugoro asal Jawa Barat) dan selanjutnya nama julukan tersebut oleh Silas Papare dari Jayapura ke kota Serui untuk membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) dibawah pembinaan Dr. S.J.J Sam Ratulangi.
Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: “Si tou timou tumou tou” yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah memanusiakan manusia.
Sedangkan Tokoh-Tokoh asal Yapen dan Waropen bermunculan mengisi lembaran fakta dan sejarah perjuangan untuk masuk ke NKRI dengan Konsekwensi Irian Barat/Tanah Papua adalah anak kandung dari Ibu Pertiwi, para pejuang asla Serui seperti; Silas Papare, Stevanus Rumbewas, Alex Berotabui, Hermanus Wayoi, Andereas Samberi dan kawan-kawan mereka merintis kebangkitan nasionalisme pro indonesia ketimbang mendukung Pemerintah Hindi-Belanda yang selama ini mengusai Niew Guinea/ Tanah Papua yang dahulunya bernama Irian Jaya.
Silas Ayari Donrai Papare, adalah seorang mantan Pegawai Pemerintah kolonial Belanda asal Serui, Kepulaun Yapen, ikut memerjuangkan kemerdekaan Papua dengan gigih hingga ia dipenjara di Hollandia karena memengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak di penjara, pria kelahiran 18 Desember 1918 ini bertemu Dr. Sam Ratulangi dan dari sana ia berkeyakinan bahwa Papua adalah bagian dari bangsa Indonesia.
Diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota MPRS, di depan sidang MPRS bulan Maret 1967 Silas Papare berpidato: “Kami orang-orang Papua hanya menghendaki kehidupan yang lebih baik.
Hal ini menunjukkan keyakinan kuat Silas Papare bahwa Papua adalah bagian sah dari Republik Indonesia.
Silas Papare menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 7 Maret 1978. Kutipannya yang terkenal adalah “Jangan sanjung aku tetapi teruskanlah perjuanganku.”
Silas Papare, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 14 Septembber 1993
Juga masih ada pejuan asal Kabupaten Kepulauan Yapen yang memperjuangkan penyatuan Papua ke dalam NKRI yaitu Stevanus Rumbewas, Alex Berotabui dan lainnya.