Serui – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen melalui Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) menggelar Sosialisasi Pengujian Sarana Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan, Jumat (7/11/2025).
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen, Harold Wenno, yang hadir mewakili Bupati Benyamin Arisoy.

Dalam sambutan tertulis Bupati yang dibacakan oleh Harold Wenno, disampaikan bahwa keamanan pangan merupakan hal mendasar dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera.
“Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dijamin keamanan, mutu, dan kelayakannya. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen berkomitmen untuk terus mendukung upaya peningkatan keamanan pangan lokal, agar hasil pertanian yang dihasilkan petani tidak hanya berlimpah, tetapi juga aman untuk dikonsumsi,” ujar Wenno membacakan sambutan Bupati.
Ia menegaskan, kegiatan sosialisasi ini menjadi bagian penting dalam memperkuat ketahanan pangan daerah, sejalan dengan program nasional untuk mewujudkan pangan sehat dan berkelanjutan.
Melalui kegiatan ini, para petani diharapkan memahami pentingnya proses pengujian keamanan pangan mulai dari residu pestisida, cemaran logam berat, hingga penanganan pascapanen yang baik.

“Keberhasilan peningkatan mutu pangan tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga membutuhkan komitmen bersama antara petani, lembaga teknis, dan pelaku usaha. Mari kita bergandeng tangan membangun sektor pertanian yang sehat demi kesejahteraan masyarakat Yapen,” tambahnya.
Sebelum menutup sambutan, Wenno juga membacakan pantun untuk memotivasi para peserta.

“Sayur hijau dipetik di pagi hari,
Masih segar harum baunya,
Mutu pangan mari kita jaga tinggi,
Agar sehat tubuh dan jiwa”
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Yapen, Jeffry Max Boy Manderi, menjelaskan bahwa kegiatan ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Menurutnya, pengujian keamanan pangan segar asal tumbuhan sangat penting untuk menjamin kualitas produk pangan yang beredar di masyarakat, termasuk bahan pangan yang digunakan dalam program nasional makan bergizi gratis.

“Bahan kimia yang digunakan dalam pembukaan lahan, penanaman, maupun pemeliharaan tanaman bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Karena itu, melalui sosialisasi ini kami berharap petani dapat memahami pentingnya pengujian keamanan pangan,” kata Jeffry.
Ia menambahkan, peserta sosialisasi berasal dari dua distrik, yaitu 20 peserta dari Angkaisera dan 20 peserta dari distrik Kosiwo, sebanyak 40 orang perwakilan kelompok tani.

“Kami berharap para peserta dapat menularkan ilmu yang diperoleh kepada petani lain, sehingga pangan yang dihasilkan benar-benar aman dan bermutu bagi kesehatan masyarakat,” harapnya. (*)







