Ausem – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) berkapasitas 10 kW dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 7 kWp di Kampung Ausem, Distrik Pulau Yerui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kamis (27/11/2025).
Peresmian dilakukan langsung oleh Dirjen EBTKE, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, didampingi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen, PT Pelabuhan Indonesia (Persero), dan Yayasan IBEKA. Kehadiran dua fasilitas energi terbarukan ini sekaligus menjadikan Ausem sebagai kampung pertama di Distrik Pulau Yerui yang menikmati listrik 24 jam penuh.
Program pembangunan pembangkit energi ini merupakan kerja sama Yayasan Inisiatif Bisnis Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), PT Pelabuhan Indonesia (Persero) melalui Program TJSL, dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen. Fasilitas tersebut telah beroperasi dan memberikan dampak langsung bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Hadir dalam kegiatan ini:
- Dirjen EBTKE ; Prof. Eniya Listiani Dewi
- Direktur Konservasi Energi ; Dr. Ir. Hendra Iswahyudi
- Manager Perencanaan & Pengelolaan Program TJSL Pelindo ; Bayu Widyafrasta
- GM Pelindo Regional IV Biak ; Zainul Wisuda
- Bupati Kepulauan Yapen ; Benyamin Arisoy
- Ketua Yayasan IBEKA ; Tri Mumpuni
- Direktur Eksekutif IBEKA ; Sapto Nugroho dan
- Kepala Stasiun PSDKP Biak ; Mochamad Erwin
Dalam sambutannya, Dirjen EBTKE menyampaikan bahwa pembangunan PLTMH dan PLTS di Ausem merupakan langkah strategis dalam memperluas akses energi bersih di wilayah tertinggal.
“Pembangunan pembangkit ini berawal dari Program Patriot Energi 2021 yang mengidentifikasi potensi energi terbarukan di kampung ini. Hari ini, fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara nyata oleh masyarakat,” ujar Dirjen.
Dirjen menekankan bahwa keberlanjutan pembangkit sangat bergantung pada pemeliharaan oleh masyarakat. Energi listrik, lanjutnya, membuka akses pendidikan, informasi, dan peluang ekonomi bagi generasi muda di kampung.
Bupati Kepulauan Yapen, Benyamin Arisoy, menegaskan bahwa peresmian ini adalah tonggak penting bagi pemerataan energi di wilayah terpencil Yapen.
“Kampung Ausem menunggu lebih dari 50 tahun untuk merasakan listrik 24 jam. Hari ini, kita mewujudkan komitmen itu melalui sinergi berbagai pihak,” kata Bupati.
Beberapa dampak strategis program ini antara lain:
- 35 KK (154 jiwa) kini menikmati listrik stabil berbasis EBT.
- Potensi perikanan 3–11 ton/bulan dengan potensi pendapatan hingga Rp167 juta/bulan.
- Ekosistem mangrove 59,696 ha dengan cadangan karbon ± 74.200 ton, berpotensi untuk ekowisata dan karbon biru.
- Manfaat tidak langsung bagi 827 jiwa di kampung sekitar.
Ausem berpotensi menjadi pusat ekonomi baru berbasis kelautan, perikanan, dan pariwisata Mandena.
Pemberdayaan masyarakat juga menjadi kekuatan utama program:
- Pembentukan BUMKam Mariseni Jaya Ausem sebagai pengelola resmi.
- Tarif listrik ditetapkan melalui musyawarah kampung sebesar Rp 70.000 per rumah setiap bulan.
- Pelatihan teknis dan manajemen menjadi dasar kemandirian energi.

Untuk melengkapi transformasi energi, Pemkab Kepulauan Yapen menyerahkan 1 paket perangkat Starlink guna membuka akses internet berkecepatan tinggi.
“Akses digital adalah kebutuhan vital untuk pendidikan, kesehatan, ekonomi digital, dan pemasaran hasil laut. Dengan Starlink, Ausem tidak hanya terang secara energi, tetapi juga terhubung secara digital,” ujar Bupati.
Warga Ausem tak bisa menyembunyikan rasa haru. Beberapa warga berusia 50–60 tahun yang lahir dan besar di kampung tersebut mengaku baru kali ini merasakan listrik menyala penuh sepanjang hari.
“Seumur hidup tinggal di sini, baru sekarang ada listrik 24 jam. Ini bukti nyata perhatian Pak Bupati dan pemerintah bagi kampung yang jauh di utara Yapen,” ujar salah seorang warga.
Warga juga menyampaikan bahwa selain listrik, kini mereka mendapatkan akses air bersih yang semakin memudahkan aktivitas sehari-hari.
Bupati menegaskan bahwa model pembangunan energi terpadu berbasis EBT seperti di Ausem layak direplikasi di seluruh kawasan utara Pulau Yapen yang hingga kini masih minim akses listrik.
“Ini kebutuhan mendesak untuk keadilan energi di Yapen. Dengan kolaborasi pemerintah pusat, Pelindo, IBEKA, dan masyarakat, saya yakin kampung lainnya bisa menyusul,” tegasnya.







